Minggu, 15 Mei 2016

Makalah GP. ANSOR Labuhanbatu Selatan



MAKALAH

PERSYARATAN PESERTA PKL

PC GP ANSOR KOTA PADANG SIDIMPUAN TAHUN 2016

AULA MAN 2 KOTA P. SIDIMPUAN, TANGGAL 5 MEI S/D 8 MEI 2016



“Strategi Pengembangan Kaderisasi Pada Gerakan Pemuda Ansor”






index.png
 


























GERAKAN PEMUDA ANSOR

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

TAHUN 2016


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum… Wr. Wb

Allahhu akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis , dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kota P. Sidimpuan pada tanggal 5 s/d 8 Mei 2016 di aula MAN 2 Model Kota P. Sidimpuan.

Dan Alhamdulillah pada kesempatan ini  penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor.

Saya mengucapkan terima kasih apabila sahabat dan para senior berkenan untuk memberikan saran atau tanggapan guna untuk penyempurnaan dalam isi makalah ini.

Wallahulmuafiqilla Aqwamitthorieq..

Wassalamulaikum… Wr. Wb



Penulis,




A.  PENDAHULUAN

Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor Serbaguna (Banser).



B.  TERBENTUKNYA GP ANSOR (Pra Kemerdekaan)

Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain.

Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban) sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.

Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.

Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian (onderbouw) dari organisasi NU.

Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur NU, hubungannya masih hubungan personal.

Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.

Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).

Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.

Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe. Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim – Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.

Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.



C.  DEFINISI KADERISASI

kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110).

Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.



D.  VISI MISI DAN TUJUAN GP ANSOR

VISI

1.     Revitialisasi Nilai dan Tradisi

2.    Penguatan Sistem Kaderisasi

3.    Pemberdayaan Potensi Kader

4.    Kemandirian Organisasi

MISI

1.     Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam Gerakan GP. Ansor.

2.    Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi bebasis Profesi.

3.    Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader dengan stakeholder.

4.    Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi




TUJUAN

1.     Membentuk dan mengembangkan generasi muda sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.

2.    Menegakkan ajaran islam Ahlusunnah Wal Jamaah dengan menempuh manhaj salah satu madzhab empat didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.    Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT.



E.  BENTUK DAN JENJANG PENGKADERAN GP ANSOR

Bentuk-bentuk kaderisasi GP Ansor :

1.     Kaderisasi Formal dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kader berjenjang yang bersifat formal dan baku, serta pendidikan dan pelatihan pengembangan kader lainnya.

2.    Kaderisasi Informal dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus pendampingan dan praktek lapangan.

3.    Kaderisasi nonformal dilakukan langsung melalui penugasan dalam kepengurusan organisasi, kepanitiaan kegiatan dan keterlibatan dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat.




F.  PERMASALAHAN DALAM KADERISASI GP ANSOR

Kader bisa diartikan kasar sebagai orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu organisasi / lebih singkatnya anggota dalam suatu organisasi tertentu. Sedangkan kaderisasi adalah cara pembentukan seorang kader dalam organisasi.

Dalam GP Ansor kader merupakan anggota dari GP Ansor dan kaderisasi merupakan proses dimana para kader dibentuk menjadi seorang kader GP Ansor yang bisa dikatakan mengerti tentang GP Ansor. Di dalam GP Ansor Labuhanbatu Selatan pembentukan kader yang mungkin dilakukan adalah seperti PKD yang di dalamnya terdapat materi-materi yang bisa dipahami agar para kader mengetahui apa itu GP Ansor. Lebih lanjut mungkin dengan adanya kajian-kajian yang diberikan dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan oleh para kader.

Didalam GP Ansor Labuhanbatu Selatan mungkin mempunyai kader yang bisa dikatakan jumlahnya cukup lumayan banyak. Tapi apakah dengan kuantitas yang banyak, PC GP Ansor Labuhanbatu Selatan bisa dikatakan baik walaupun dengan kualitas yang rendah ?. Sebetulnya apa yang dibutuhkan dalam GP Ansor itu sendiri kader yang banyak tapi mereka tidak tahu apa itu GP Ansor lebih dalam atau kader sedikit tetapi mereka mengerti tentang GP Ansor. Tapi pasti semua akan berfikir punya kader banyak dan mengerti tentang GP Ansor. Ini bisa dikatakan sulit, mengapa seperti itu? Karena dengan adanya banyak kader, tidak semua kader mendapat perhatian yang lebih. Disamping itu kesibukan dan masalah pribadi dari kader itu sendiri juga menjadi penyebab jarangnya kader ke GP Ansor Labuhanbatu Selatan. Jarangnya kader ke GP Ansor Labuhanbatu Selatan pun akan berpengaruh terhadap ilmu yang mereka peroleh karena mereka tidak mengikuti kajian dan diskusi rutin.



Dari tulisan diatas ada beberapa masalah yang timbul mungkin yang juga dirasakan oleh semua  dan para kadernya, masalah tersebut :

1.     Banyaknya kuantitas tapi memiliki kualitas rendah.

2.    Tingkat individual Pengurus Harian PC GP Ansor Labuhanbatu Selatan yang membuat para kader menjadi terkesan terkucilkan.

3.    Masalah pribadi yang membuat keaktifan mereka berkurang.

4.    Kurangnya peran para pimpinan PC GP Ansor dalam melakukan distribusi kader dalam mewujudkan kemandirian ekonomi kader serta minimnya kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan para kader yang sudah mengikuti jenjang pengkaderan di GP Ansor.

Ini merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama, bukan hanya oleh pengurus tapi juga semua anggota. Karena masalah yang ada bukan masalah pengurus saja tapi masalah semua anggota kader. Meskipun ada masalah tersebut yang terutama mengenai ketidakaktifan para kader, bukanlah mereka melupakan GP Ansor. Mereka masih loyal terhadap GP Ansor dan GP Ansor adalah sebuah organisasi kepemudaan yang mereka ikuti.

G.  PENUTUP

1.     Kesimpulan

GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang sangat besar di Indonesia. Namun, keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam menggerakan GP Ansor sebagai wadah pemuda NU. Untuk tetap menjaga keberadaan dan meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama diperlukan suatu proses yang dinamakan pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat penting dalam GP Ansor.



2.    Saran

Pada saat ini kader GP Ansor kurang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar