MAKALAH
PERSYARATAN PESERTA PKL
PC GP ANSOR KOTA PADANG SIDIMPUAN TAHUN 2016
AULA MAN 2 KOTA P. SIDIMPUAN, TANGGAL 5 MEI S/D 8 MEI 2016
“Strategi
Pengembangan Kaderisasi Pada Gerakan Pemuda Ansor”
GERAKAN PEMUDA ANSOR
KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2016
Assalamualaikum… Wr. Wb
Allahhu
akbar, Maha Besar Allah yang telah banyak memberikan kemudahan dan ilmu kepada penulis
, dan tiada pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, rezeki, nikmat, rahmat
dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasa, sepatutnya penulis dan kita
semua mensyukurinya dengan mengisi kehidupan ini dengan karya yang bermanfaat
bagi seisi jagat raya ini, khususnya kepada seluruh peserta dan panitia
pelaksana PKL yang diselenggarakan oleh PC GP Ansor Kota P. Sidimpuan pada
tanggal 5 s/d 8 Mei 2016 di aula MAN 2 Model Kota P. Sidimpuan.
Dan
Alhamdulillah pada kesempatan ini
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Adapun didalam
makalah ini terdapat pembahasan-pembahasan tentang strategi pengembangan
kaderisasi pada Gerakan Pemuda Ansor.
Saya
menyadari bahwa Makalah ini masih ada kekurangan namun mudah-mudahan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca untuk mengetahui gambaran singkat tentang Karakteristik
pengkaderan pada Gerakan Pemuda Ansor.
Saya
mengucapkan terima kasih apabila sahabat dan para senior berkenan untuk
memberikan saran atau tanggapan guna untuk penyempurnaan dalam isi makalah ini.
Wallahulmuafiqilla
Aqwamitthorieq..
Wassalamulaikum… Wr. Wb
Penulis,
A. PENDAHULUAN
Gerakan
Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda
di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini
didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor
Serbaguna (Banser).
B. TERBENTUKNYA GP ANSOR (Pra Kemerdekaan)
Sejarah
lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan
NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda
secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana
muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon,
Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain.
Dibalik
ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis.
Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan
masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi
sendiri bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu
kemudian dipimpin oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri
(Peraban) sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.
Setelah
Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin bergabung.
Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada
kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu
pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.
Setelah
NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH. Abdul
Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat
kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi
bagian (onderbouw) dari organisasi NU.
Atas
inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan
Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah
nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi
Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU,
namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur NU, hubungannya
masih hubungan personal.
Ansor
dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal
dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional
dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan
yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan
kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang
berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat
tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua
tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul
Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul
Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama
seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul
Oelama (ANO).
Nama
Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru besar
kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan
membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat
mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat
perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.
Gerakan
ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai
dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam
menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang
harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Meski
ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum
tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih
bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di
Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO
diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus
antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris
H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal
sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).
Dalam
perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan
organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul
Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di
Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya
dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul
Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang
adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan
diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.
Salah
satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirkannya
Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO
terutama yang menyangkut soal Banoe. Pada masa pendudukan Jepang
organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang
termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya,
Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO.
Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim – Menteri Agama RIS
kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun
kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini
lebih pupuler disingkat GP Ansor).
GP
Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi
kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan,
keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki
433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah
(Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya
mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki
kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di
sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP
Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat
Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong
percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta
mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap
eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi
dan peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.
C. DEFINISI KADERISASI
kaderisasi
adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi
kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga
nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran
: 110).
Kaderisasi
suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku
kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama,
subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok
orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan
kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan
tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi,
dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih
untuk meneruskan visi dan misi organisasi.
D. VISI MISI DAN TUJUAN GP ANSOR
VISI
1.
Revitialisasi Nilai dan Tradisi
2.
Penguatan Sistem Kaderisasi
3.
Pemberdayaan Potensi Kader
4.
Kemandirian Organisasi
MISI
1.
Internalisasi Nilai ASWAJA dan Sifatur Rasul dalam
Gerakan GP. Ansor.
2.
Membangun Disiplin Organisasi dan Kadersasi
bebasis Profesi.
3.
Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang
usaha antar kader dengan stakeholder.
4.
Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan
organisasi
TUJUAN
1.
Membentuk dan mengembangkan generasi muda sebagai
kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan kepada Allah SWT,
berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan
beramal shalih.
2.
Menegakkan ajaran islam Ahlusunnah Wal Jamaah
dengan menempuh manhaj salah satu madzhab empat didalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3.
Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan
nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan,
berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia
yang diridhoi Allah SWT.
E. BENTUK DAN JENJANG PENGKADERAN GP ANSOR
Bentuk-bentuk
kaderisasi GP Ansor :
1.
Kaderisasi Formal dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan kader berjenjang yang bersifat formal dan baku, serta pendidikan dan
pelatihan pengembangan kader lainnya.
2.
Kaderisasi Informal dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan khusus pendampingan dan praktek lapangan.
3.
Kaderisasi nonformal dilakukan langsung melalui
penugasan dalam kepengurusan organisasi, kepanitiaan kegiatan dan keterlibatan
dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat.
F. PERMASALAHAN DALAM KADERISASI GP ANSOR
Kader
bisa diartikan kasar sebagai orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu
organisasi / lebih singkatnya anggota dalam suatu organisasi tertentu.
Sedangkan kaderisasi adalah cara pembentukan seorang kader dalam organisasi.
Dalam
GP Ansor kader merupakan anggota dari GP Ansor dan kaderisasi merupakan proses
dimana para kader dibentuk menjadi seorang kader GP Ansor yang bisa dikatakan
mengerti tentang GP Ansor. Di dalam GP Ansor Labuhanbatu Selatan pembentukan
kader yang mungkin dilakukan adalah seperti PKD yang di dalamnya terdapat
materi-materi yang bisa dipahami agar para kader mengetahui apa itu GP Ansor.
Lebih lanjut mungkin dengan adanya kajian-kajian yang diberikan dan
diskusi-diskusi yang dilaksanakan oleh para kader.
Didalam
GP Ansor Labuhanbatu Selatan mungkin mempunyai kader yang bisa dikatakan
jumlahnya cukup lumayan banyak. Tapi apakah dengan kuantitas yang banyak, PC GP
Ansor Labuhanbatu Selatan bisa dikatakan baik walaupun dengan kualitas yang
rendah ?. Sebetulnya apa yang dibutuhkan dalam GP Ansor itu sendiri kader yang
banyak tapi mereka tidak tahu apa itu GP Ansor lebih dalam atau kader sedikit
tetapi mereka mengerti tentang GP Ansor. Tapi pasti semua akan berfikir punya
kader banyak dan mengerti tentang GP Ansor. Ini bisa dikatakan sulit, mengapa
seperti itu? Karena dengan adanya banyak kader, tidak semua kader mendapat
perhatian yang lebih. Disamping itu kesibukan dan masalah pribadi dari kader
itu sendiri juga menjadi penyebab jarangnya kader ke GP Ansor Labuhanbatu
Selatan. Jarangnya kader ke GP Ansor Labuhanbatu Selatan pun akan berpengaruh
terhadap ilmu yang mereka peroleh karena mereka tidak mengikuti kajian dan
diskusi rutin.
Dari
tulisan diatas ada beberapa masalah yang timbul mungkin yang juga dirasakan
oleh semua dan para kadernya, masalah
tersebut :
1.
Banyaknya kuantitas tapi memiliki kualitas rendah.
2.
Tingkat individual Pengurus Harian PC GP Ansor
Labuhanbatu Selatan yang membuat para kader menjadi terkesan terkucilkan.
3.
Masalah pribadi yang membuat keaktifan mereka
berkurang.
4.
Kurangnya peran para pimpinan PC GP Ansor dalam
melakukan distribusi kader dalam mewujudkan kemandirian ekonomi kader serta
minimnya kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan para kader yang sudah
mengikuti jenjang pengkaderan di GP Ansor.
Ini
merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama, bukan hanya oleh pengurus tapi
juga semua anggota. Karena masalah yang ada bukan masalah pengurus saja tapi
masalah semua anggota kader. Meskipun ada masalah tersebut yang terutama
mengenai ketidakaktifan para kader, bukanlah mereka melupakan GP Ansor. Mereka
masih loyal terhadap GP Ansor dan GP Ansor adalah sebuah organisasi kepemudaan
yang mereka ikuti.
G. PENUTUP
1.
Kesimpulan
GP Ansor
merupakan organisasi kepemudaan yang sangat besar di Indonesia. Namun,
keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam
menggerakan GP Ansor sebagai wadah pemuda NU. Untuk tetap menjaga keberadaan
dan meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama diperlukan suatu proses yang
dinamakan pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat
penting dalam GP Ansor.
2.
Saran
Pada saat
ini kader GP Ansor kurang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar